kisah seorang sahabat

Rintik-rintik hujan masih mengalir di halaman rumah Tina, membasahi bunga-bunga yang menjadikannya segar mewangi. Begitu juga kumbang-kumbang yang hinggap di bunga mawar itu, terbang kesana-kemari seakan memanggil para kumbang lainnya untuk menikmati keindahan mawar merah.
Saat kumbang yang terakhir terbang meninggalkan kebun bunga Tina, seorang petugas pos datang menuju rumahnya, memberi sebuah surat berwarna pink kemerah-merahan dihiasi sebuah pita, surat itu kelihatan cantik.
“Selamat pagi non…..”, sapa Petugas pos
“Selamat pagi pak…”, cetus Tina dengan suara halus
“Oh..ada yang perlu saya bantu Pak?”, Tina mencoba menghangatkan suasana
“Oh ini non…. Saya hanya mau memberi surat ini untuk Tina”
“Betul ini rumah yang ada di alamat ini??”, Petugas pos tak mau ketinggalan, ia mencari kesempatan untuk ngomong berlama-lama dengan Tina. Secara Tina adalah cantik dan enak diajak untuk ngomong.
“Benar…benar pak..”, Suara Tina semakin pelan karena ia tahu kalo petugas pos tersebut adalah play boy, ia tidak mau menjadi korban berikutnya.
Suara motor butut yang setia menemani petugas pos terdengar nyaring di telinga Tina, pertanda pangeran play boy sudah pergi jauh meninggalkannya dengan sebuah surat berwarna pink kemerah-merahan dihiasi sebuah pita. Tina beranjak pergi ke kamar tak sabar lagi ingin tahu isi dari surat itu dan siapa orang yang mengirimnya.
To: Tina Permata Sari
Salam C.i.n.t.a
Awalnya sulit bagiku untuk menulis isi hatiku, bagaikan derai ombak di pantai, jiwaku tak tenang ketika aq ingat dirimu, hatiku sulit untuk melupakannmu. Namun aku tak yakin dengan perasaan ini, mungkin ini yang pertama dan yang terakhir.
Sejauh mata memandang, hatiku pun demikian, aku sangat mencintaimu. Memang tak ada yang sempurna namun aq yakin kesempurnaan itu ada saat hatiku berlabuh di hatimu.
Aku hanya bisa berharap ketika aku berada di padang gurun aku bisa merasakan kehidupan yang sebenarnya walau debu abu beterbangan masuk ke dalam tubuhku karena aku yakin disana ada dirimu yang memberi kesegaran untuk hatiku dan hatimu.
AKU INGIN MENCINTAIMU DENGAN SEDERHANA
RONI
Tina hanya mampu tersenyum manis ketika menyimpan surat itu di dalam buku diary kesayangannya. Ia kembali duduk di kursi mengingat kenangan indah bersama Roni.
Awal pertemuannya dengan Roni ketika pada saat jam pelajaran sejarah, Tina tak mampu menjawab soal yang diberi sang guru kepadanya. Tiba-tiba Roni membantunya dan akhirnya Tina tak jadi diberi hukuman. Tina merasa seperti berada di sebuah terowongan yang gelap, tak seorang pun yang ada disana. Namun dari sudut yang jauh kelihatan sosok laki-laki menghampirinya, dan ternyata Roni datang untuk menolongnya.
Khyalan Tina akhirnya hilang ketika bunyi lonceng berdering pertanda jam pelajaran sejarah sudah selesai, waktunya untuk istirahat. Namun entah kenapa untuk kali ini Tina tidak berniat untuk keluar dari kelas, ia merasa ada sesuatu yang terjadi pada dirinya. Ia sebagai murid baru di sekolahnya merasa heran atas perlakuan Roni, karena sebenarnya mereka sama sekali tidak saling mengenal.
“Hei…kamu gag ke kantin?” ,tanya seorang cewek pada Tina
“Oh…kamu aja duluan, ntar aku nyusul”, Tina membalas dengan senyum manisnya.
Saat Tina duduk sendirian menatap langit-langit ruangan kelas, ia terkejut dengan kedatangan seorang laki-laki menuju ke arahnya, ternyata Roni, penolongnya saat mata pelajaran sejarah.
“Hei….bisa kenalan gag?” ,
“Perkenalkan, aku Roni”
Dengan malu-malu Tina membalas uluran tangan Roni, memberi senyuman yang paling manis, hari pertamanya sekolah sungguh menyenangkan.
Pagi-pagi buta Tina sudah bersiap-siap untuk bergegas pergi ke sekolah, entah angin dari mana hari ini Tina pengen cepat-cepat pergi ke sekolah. Keceriaan Tina sampai ke seluruh penjuru dunia dihantar oleh burung-burung yang riang bernyanyi seakan mereka juga tahu perasaan Tina. Hanya satu yang ada di pikiran Tina, ia ingin bertemu dengan Roni, laki-laki yang telah menolongnya.
Bagaikan sinar bulan di malam hari, cahaya mata Tina memancarkan rasa tak percaya ketika ia melihat Roni duduk termenung di bangku kelas, seperti sedang menunggu seseorang, ia berharap Roni menunggu kedatangannya.
“Hai…Roni….!!!!!!!”
“Kok cepat kali datang ke sekolah???”, sambil meletakkan tasnya Tina menghampiri Roni.
“Ah….Cuma lagi senang aja kok”, Roni mencoba berbohong kepada Tina.
“Kamu juga, kok cepat kali datang ke sekolah???”, Roni membalas pertanyaan Tina
Sinar mata Tina tiba-tiba berubah yang tadinya bagaikan sinar bulan di malam hari, kini bagaikan sinar lilin yang menerangi Tina saat ia berdoa setiap hari, tak bisa menjawab pertanyaan Roni. Ia hanya bisa diam seribu bahasa, dan pergi berlari menuju taman sekolah, bertanya pada rumput-rumput yang masih basah karna embun dipagi hari.
INIKAH YANG NAMANYA CINTA?????
Roni datang menghampiri Tina, dan mencoba memulai pembicaraan, diawali dari masalah keluarga trus sampai ke pelajaran sekolah dan akhirnya berujung pada c.i.n.ta.
Tuk…tukk..tukkk…
Terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar Tina, membuatnya berhenti melamun dari semua kenangan bersama Roni beberapa bulan yang lalu. Ia langsung menyimpan buku diary-nya, takut ketahuan ibunya lalu bergegas membuka pintu kamarnya, ternyata David kakaknya yang menyuruhnya untuk pergi ke Gereja.
Tina langsung mempersiapkan diri untuk pergi ke Gereja, karena memang ia gag pernah lupa untuk pergi ke Gereja pada hari minggu. Namun ketika di perjalanan menuju Gereja, ia masih trus ingat pada surat yang diberikan Roni padanya, surat yang berwarna pink kemerah-merahan dihiasi sebuah pita. Ia bingung bagaimana ia menanggapi surat tersebut. Walau rasa itu masih ada tapi ada seseorang yang membuat Tina tak seperti dulu lagi.
Adalah Tian teman sekolahnya dan juga temannya Roni, akhir-akhir ini dekat dengan Tina. Tina hanya bisa menjadi seorang saudagar yang berjalan menuju padang gurun, minta tolong pada siapa saja yang mau menolongnya dengan tulus. Bagaikan unta yang kehausan demikianlah jiwa Tina ketika menghadapi Tian. Tina tak mampu berkata-kata saat bersebrangan dengan Tian ketika menuju ke Gereja.
Saat liburan tiba adalah awal kedekatannya dengan Tian, berawal dari sebuah alunan lagu nan merdu dilantukan oleh Tian saat acara perpisahan untuk menyambut hari libur sampai pada akhirnya hati Tina ikut bernyanyi di hati Tian. Sebenarnya Tina tak mau lagi membuka hatinya untuk laki-laki lain selain Roni, namun seiring libur tlah tiba suasana hati Roni pun berubah yang dulunya perhatian sekarang malah cuek entah kenapa. Tina hanya berpikir bahwa mungkin ada seseorang yang lain saat Roni pulang ke kampung halamannya. Tina tak mampu mengelak lagi ketika Tian mencoba mendekatinya, mungkin sudah saatnya aku melupakan Roni, begitulah yang ada di benak Tina.
Sepulang dari Gereja, Tina langsung bergegas untuk kembali ke rumah. Ia berharap smoga doa yang tlah ia sampaikan tadi dapat dikabulkan oleh Tuhan Yang Maha Pengasih.
“Tina….ada telpon untukmu”, teriak ibu dari dapur yang lagi menyiapkan hidangan makan siang untuk keluarga.
“Dari siapa Ma…..???”, Tina menyahut Ibunya dan mulai beranjak dari kamarnya menuju dapur, ingin tahu siapa yang menelpon dirinya. Sebenarnya ia bertanya-tanya dalam hatinya, kok ada yang ingin ngomong samaku tapi telponnya sama ibu.
Dan ternyata Roni, laki-laki yang pernah menolongnya saat mata pelajaran sejarah. Perlu waktu yang lama buat Roni untuk berterus terang apa alasannya untuk menghubungi Tina, namun Roni harus berterima kasih kepada burung-burung yang beterbangan di sudut luar jendela ruang tamu rumah Siska, burung-burung itu seakan memberi isyarat kepada Tina bahwa Roni menunggu jawaban atas suratnya. Tina hanya bisa mencoba menjawab seadanya bahwa hatinya sudah berbagi , namun bukan jawaban itu sebenarnya yang diharapkan Roni. Roni langsung menutup telponnya diikuti burung-burung yang pergi meninggalkan rumah Tina, tak ada ucapan slamat tinggal. Bunga yang dulu mekar mewangi di halaman rumah Tina kini layu seakan tak ada tetes embus yang membasahinya. Cahaya bulan di malam hari takkan pernah lagi datang ke hadapan Roni. Semua tlah pergi, jauh ke ujung bumi, bagaikan buah yang memiliki dua rasa, sang pohon pun harus memilih satu diantara rasa buah itu, manis untuk Tian dan pahit untuk Roni.

gara gara cinta

Sinta adalah sahabatku di SMA Santo Louis yang menderita penyakit leukimia, yang semakin hari semakin parah, tetapi Sinta tak pernah mengeluh terhadap penyakit yang di deritanya itu, dia juga tidak ingin orang tau tentang penyakitnya itu yang sudah dia derita hampir 7 tahun lamanya, dokter sudah memfonis bahwa umur Sinta tidak lama lagi, itu artinya Sinta sebentar lagi akan meninggalkan kita semua...

-di Sekolah-
Saat Sinta berjalan ke kantin bersama Sindy sahabatnya, tiba-tiba Sinta mengeluh bahwa kepalanya pusing, tetapi Sinta berusaha menutupinya, karena dia tidak mau sahabatnya itu khawatir dengannya.
“kamu duluan aja Sin, aku mau ke kelas dulu” katanya
“oh ya udah gapapa, tapi kalau kamu butuh bantuanku bilang aja gak usah sungkan ya” jawabnya lembut
“ok sip” katanya lagi sambil menutupi rasa sakitnya itu pada sahabatnya dan bergegas pergi ke kelas,,

Sebelum sampai di kelasnya tepatnya di depan ruang guru, Sinta tiba-tiba pinsan karena sudah tidak kuat menahan rasa sakit yang dideritanya itu.

Tiba-tiba pak Adi guru fisikaku langsung membawa Sinta ke UKS, dan segera menghubungi orang tua Sinta untuk segera datang ke sekolah untuk membawa Sinta pulang.

Ternyata di sekolah Sinta mempunyai seorang pacar yang namanya Rico, dia anak basket yang dikagumi banyak cewek-cewek di sekolahku, dan aku sih juga suka sama Rico. Secara Rico itu udah ganteng multitalent lagi, siapa coba yang gak terpesona sama ketampanannya.

Cerpen Sahabat Maafkan Aku
Menurutku Sinta termasuk orang yang pintar, disukai banyak orang, baik hati, dan suka menolong, tidak pernah menyusahkan orang lain, dia selalu mandiri. Sangat berbeda dengan sifatku, aku ingin menjadi orang seperti Sinta, tapi aku rasa itu tak pernah bisa. Dalam sebulan mamaku harus menghabiskan uang belanjanya hanya untuk membelikanku jam beker karena aku susah bangun, dan saat jam bekerku bunyi aku selalu melemparnya, hingga rusak.. Tiba-tiba lamunanku buyar,
“Rista...”

Sepertinya ada orang yang memanggilku, batinku.
“Rista...”

Suara itu lagi, batinku, uh jangan-jangan tempat ini angker lagi, lalu aku segera berlari meninggalkan taman depan UKS itu. Saat aku berlari tiba-tiba ada sesorang yang menarikku dari belakang.
“Rista.....” jerit orang itu
“apa sih ?” jawabaku, sambil membalik badan, dan spontan kaget
“dasar, dipanggil dari tadi baru nyaut” kata orang itu

Wow Rico huu, ganteng, gak salah ya, sekarang aku lagi di hadapannya Rico, aku lagi ngomong sama Rico,, huu, rasanya kayak mimpi,
“Rista..” teriak orang itu
“iyya Rico, apa ? hobby ya ngagetin orang” jawabku kaget,
“bukannya hobby, tapi kamu dari tadi gak jawab pertanyaanku, apa kamu gak mau ya ngomong sama aku ?” jawab Rico datar
“bu...bukan gitu maksud aku Ric, aku denger kok tadi kamu ngomong apa sama aku, sorry ya Ric gak marah kan ?”
“Rico..”

Tiba-tiba ada suara dari lapangan yang memanggil Rico ternyata itu Reva teman basket Rico,
“maaf ya Ta aku harus pergi” kata Rico padaku
“tap....i” belum selesai aku berbicara dengannya, dia malah langsung pergi meninggalkanku di koridor sekolah, ihh gara-gara si Reva resek itu, yang mukanya mirip tong sampah,,, huu sebel... keluhku. Sudahlah lebih baik aku pergi ke taman.

-di Taman-
Aku berjalan di tepi taman dan duduk dikursi taman yang berwarna putih,, disana aku hanya memandangi orang yang sedang asik berpacaran, tiba-tiba aku teringat dengan wajah Rico saat memanggilku tadi, senyumnya.... wow sumpah deh ganteng banget deh dia. Kapanya aku bisa seberuntung Sinta punya pacar yang baik and ganteng gitu kayak Rico itu, hah idaman banget deh pokoknya.
“Let the music blast We gon’ do our dance Bring the doubters on They don’t matter at all Cuz this life’s too long” tiba-tiba lagu Justin Bieber-Never Let You Go terdengar dari ponselku ternyata ada message dari Rico.

Rico Ganteng
+6285727913665
2012-02-19
10:59

Rista... aku tunggu kamu di cafe cake sekarang.

Wow pesan dari Rico, seneng banget deh aku... segera aku beranjak dari kursi taman yang berwarna putih itu, bergegas menuju mobil jazz ku tersayang,

Saat aku berada di perempatan jalan merpati, ternyata di sana macet dan segera ku kirim pesan ke Rico.

To : Rico ganteng
+6285913665

Rico... maaf ya kayak.a aku agak lama, cOz di jalan merpati lagi macet, thnkq

Beberapa lama kemudian aku melihat notification dari ponselku “messages sent” hatiku sudah terasa tenang setelah melihat notif itu, mungkin Rico sudah mengerti keadaanku saat ini.
“Let the music blast We gon’ do our dance Bring the doubters on They don’t matter at all Cuz this life’s too long” tiba-tiba lagu Justin Bieber-Never Let You Go terdengar dari ponselku lagi, ternyata message dari Rico.

Rico Ganteng
+628727913665
2012-02-20
11:23

Ya sudah,tak apa lah Ta, aku tunggu kamu... :*

Wow emot itu buat... rasanya aku ngefly tinggi bersama paus akrobatis meluncur dengan rasi bintang paling manis, hahaha #korban iklan nih gue J

Sadar Rista sadar, gak mungkin lah Rico itu bisa suka sama aku. Lagian kan Rico masih punya Sinta jangan berhayal deh Ris,,,

Di jalan tak henti-hentinya aku menlakson mobilku, supaya orang-orang mengerti kalau aku sedang terburu-buru, uhh.. menyebalkan deh, kalau gini caranya mendingan terbang ajja deh, tapi sayangnya gak bisa terbang sih...

Setelah menunggu hampir setengah jam di jalan merpati, akhirnya mobil jazz putihku baru bisa melaju lancar, oh syukurlah... batinku dalam hati,, sambil mencari cafe cake di sekitar jalan merak..

Tak lama kemdian aku menemukan sebuah bangunan megah yang bertuliskan “Cafe Cake” di dekat pintu bangunan itu,, Wow keren sekali, Rico mengajakku ke tempat semewah ini batinku, dari balik kaca aku melihat seorang cowok tinggi, putih, sedang asik memainkan ponsel kesayangannya itu, tak sabar lagi aku ingin bertemunya...

Segera aku memarkirkan mobil jazz putihku di depan cafe itu...

-di Cafe Cake-
Setelah aku memarkirkan mobil kesayanganku itu segera aku bergegas masuk ke Cafe itu untuk bertemu seorang cowok idamanku, sebelum memasuki cafe itu aku mencoba merapikan rambutku yang berantakan dan mengatur nafasku agar tidak terkesan gerogi,,, 1..2..3.. aku mengumpulkan semua keberanianku untuk memasuki cafe itu,,,

Lalu akupun memberanikan diri untuk membuka pintu cafe itu, dan aku mencari-cari seorang cowok yang tidak asing lagi menurutku,, dari kejauhan Rico pun memangggilku,
“Rista...” panggil Rico
“haii Rico,, maafkan aku karena telah membuatmu menunggu lama” jawabku sambil menghampiri cowok keren itu
“ohh,, santai saja, aku sudah terbiasa menunggu” jawab Rico datar sambil memelukku

Wow, Rico memelukku,, mimpikah aku ini, mendapat pelukan dari orang seganteng dan sekeren Rico ini, apa arti pelukan Rico kepadaku ?, batinku dalam hati sambil tersenyum kepada Rico,
“maaf Ric” kataku, sambil melepaskan pelukan Rico...
“oh okay” ujarnya
“BTW kenapa kamu mengajakku ke Cafe ini, ada hal yang pentingkah ?” jawabku lembut
“ada sesuatu yang pengen gue omongin ke lo Ta” kata Rico sambil memegang tanganku
“hmm, sebenernya apa sih yang lo mau omongin ke gue, sepenting apa?” ujarku
“g....gue suka sama...”
“apa ? lo suka sama suasana cafe ini ?” jawabku memotong pembicaraan Rico tadi
“bu...bukan” jawab Rico gugup
“terus ?” tanyaku
“gue suka sama lo” ucap Rico
“hah ? lo suka sama gue Ric ? tapi kan kamu punya Sinta” jawabku gerogi
“iya sih... tapi gue lebih suka sama lo Ta, karena lo lebih cantik dari Sinta, gimana ta lo mau gak jadi pacar gue ?” katanya
“iyya Ric gue mau jadi pacar lo, meskipun gue harus jadi pacar kedua lo” jawabku senang
“beneran nih Ta” tanyanya lagi
“iyya” jawabku singkat

Setelah lama aku berbicara dengan Rico, tiba” lagu Justin Bieber – Overboard terdengar pelan dari ponselku,, setelah aku melihat di layar ponselku ternyata ada telfon dari “mama”
“maaf ya angkat telfon dulu, dari mama” kataku
“oh okay sayang” jawab Rico perhatian

Bergegas ku meninggalkan Rico dan mengangkat telfon dari mamaku
“hallo mam” ucapku lembut
“kamu dimana sekarang ?” tanya mama
“aku sekarang lagi di Cafe Cake, what’s up mam ?
“mama minta kamu datang ke RST sekarang” ucap mama resah sambil menutup telfonnya

Hmm, kira-kira ada apa ya? Batinku, segera aku kembali menemui Rico untuk berpamitan pulang
“hei sayang, gimana ?” tanya Rico padaku
“maaf sayang, aku harus segera menemui mama di RST” jawabku lirih
“oh ya sudah, tak apa, perlu aku antar ?”
“oh, gak perlu sayang, aku bawa mobil kok” jawabku menolak
“okay deh, hati-hati ya sayang” ucapnya sambil mencium keningku
“sip” jawabku sambil meninggalkan Rico

Segera aku berlari meniggalkan cafe itu dan menuju mobil jazz putihku,

Di jalan aku teringat kejadian di cafe tadi saat bersama Rico, sudah benar-benar gilakah aku ini menghianati sahabatku sendiri, maafkan aku Sinta hanya karena seorang cowok aku merusak persahabatan kita ini, Rista sadar Rista batinku dalam hati.

Aku bergegas memarkirkan mobilku di depan RST itu dan ternyata mama sudah menunggu aku di depan RST sambil menangis,
“what’s up mam ?” tanyaku pada mama

Mama hanya diam, tidak mengucapkan satu katapun, dan langsung membawaku ke ruang melati lantai 6, ternyata.... aku tidak percaya.... mengapa aku tidak mempunyai firasat sama sekali tentang Sinta, malah aku pergi menemui Rico di cafe itu... aku sangat menyesal.... ingin rasanya memutar balikkan waktu, aku akan minta maaf pada Sinta, dan tidak akan mengianati persahabatan yang sudah kita buat selama ini,

Segera aku berlari ke kamar dimana Sinta di rawat, sambil menangis, menyesali perbuatan yang sudah aku lakukan pada Sinta aku merebut Rico dari Sinta, oh Sinta maafkan aku, di sebelah jenazah Sinta aku menjelaskan semuanya pada Sinta, semoga Sinta mendengarkan penjelaskan ku tadi, meskipun itu sangat mustahil, tak henti-hentinya aku mengucapkan kalimat “maaf” di sebelah jenazah Sinta...

Aku teringat pada Rico, bagaimanapun juga Rico itu pacar Sinta, jadi aku harus memberi tau Rico tentang apa yang terjadi pada Sinta sekarang ini, aku menelfon Rico sambil menangis. Aku mencari nomer Rico di phonebookku tetapi dalam keadaan gawat begini tiba-tiba nomer Rico hilang, tak tau bagaimana lagi untuk memberi tahu Rico,,

Oh iya Reva, apa aku titip pesan saja ya pada Reva ntuk menyampaikan kepada Rico bahwa Sinta sudah tiada, batinku

Segera ku kirim pesan pada Reva...

Reva Bawel
+628727334512
2012-02-19
20:23

Reva,, gawat,, aku mau kamu ngirim message ini ke Rico

Rico sayang.. aku minta kamu sekarang datang ke rumah Sinta, karena sebentar lagi Sinta akan dibawa pulang, karena sebenarnya Sinta sudah pergi meninggalkan kita semua...

Tak lama kemudian di layar ponselku tertulis “message sent” aku lumayan lega, semoga Reva membaca message dari aku itu.

Tiba-tiba aku mendapat sebuah message dari Reva bahwa Rico juga sudah pergi meninggalkan kita semua karena kecelakaan yang dialaminya tadi sore di jalan delima setelah pulang dari Cafe Cake. Aku tak bisa membendung air mataku lagi, sekarang kedua orang yang sangat aku sayang pergi meninggalkanku, Tuhan kenapa kau tak bisa adil kepadaku ini, aku harus kehilangan kedua orang itu,,

Saat pemakaman Rico dan Sinta aku merasa sangat bersalah, karena telah menjadi orang ketiga dalam hubungan merekan, Sinta maaf kan aku, Rico mengapa kau datang dalam hidupku ini,

Aku mencoba mengikhlaskan orang yang aku sayangi itu, dan memulai hari baru tanpa mereka berdua, aku harus bisa, dan aku harus semangat !

Semua kejadian ini membuat aku mengerti tentang artinya hidup, kehilangan, mencintai, dan dicintai...

Nyanyian Dari Sahabat

 Nyanyian Dari Sahabat
 
Sudah setengah jam Fia menunggu sahabatnya di bangku taman. Dengan perasaan tak menentu Fia tetap menunggu dan nggak lama lagi orang yang dinanti telah tiba.
“Put, lo kemana aja sih lama banget gue pikir lo nggak dateng,” kata Fia.
“Ya maafin gue datengnya terlambat, di jalan motor gue mogok,” kata Putri dengan menunjuk motornya.
“Ya deh nggak papa Put, yang penting lo dateng.”
“Emang ada apa sih, kok kayaknya penting banget?” tanya Putri heran.
“Put, gue baru dapet kabar dari temanya Raffi katanya dia bakal pindah kuliah ke Samarinda ngikut kakaknya,” kata Fia dengan wajah kecewa.
“Kok gitu .Apa dia nggak sayang lagi sama lo. Maaf Fi, gue keceplosan,” kata Putri.
“Terus gue harus gimana? Apa gue harus berhubungan sama Raffi dengan jarak jauh. Samarinda itu jauh banget Put?” kata Fia dengan wajah bingung.
“Ya gak papa lagi Fi, toh dia kan juga punya alasan,” lanjut Putri seraya menduduki kursi taman itu.
“Put, gue balik duluan ya, Thank’s Put saran lo?” kata Fia sambil berlari menuju sepeda motornya.
“Yah Fia, gue baru aja duduk belom ada semenit. Mending buka account di twitter aja deh. Hehe,” kata Putri dengan membuka laptop yang dibawanya.
Di malam hari yang sepi. Tidak ada sms atau pun telpon dari sang kekasih. Fia terus memandangi layar HP-nya berharap ada tanda-tanda Raffi memberi informasi. Namun itu hanya harapan semata. Fia dengan jengkelnya menekan tombol-tombol lalu meleponya.

“Kenapa sih HP lo nggak aktif?” Fia bergumam dengan jengkelnya.

Satu jam telah berlalu. Malam terasa semakin larut. Tak lama HP Fia berbunyi.
“Halo Raf, kenapa lo matiin HP lo tadi? Apa lo udah nggak sayang lagi sama gue?”
“Fi, ini gue Putri, lo jangan terlalu mikirin Raffi deh. Emang dari tadi Raffi belum ngabarin lo ya?” tanya Putri.
“Belum Put, mungkin dia udah nggak peduli sama gue lagi.”
“Mungkin dia terlalu sibuk di sana, sampai nggak sempet ngabarin lo. Mending lo jangan terlalu mikirin itu deh nanti lo sakit lagi,” kata Putri menghibur.
“Oke Put.”
“Udah cepet gih sono tidur, besok kan ada kuis nanti lo telat lagi. Lo kalau tidur kan kayak kebo?” ledek Putri.
“Ah, lo tuh tau aja deh Put? Lo ada dimana-mana gitu?” kata Fia tersenyum.



Pagi hari yang cerah. Badan Fia terus menggigil kedinginan. Dengan demam yang cukup tinggi membuatnya tidak bisa berangkat kuliah. Jam dindingnya menunjukkan pukul 08.45 pertanda limabelas menit kuis akan di mulai. HP-nya yang tergeletak tiba-tiba bergetar. Fia harap itu Raffi.
“Halo…,” jawab Fia dengan suara yang lemah.
“Fi, lo kemana aja sih? Gue cari-cari kesono kemari nggak ada juga. Kuis mau mulai nih?”, tanya Putri.
“Put, gue hari ini absen. Asma gue kambuh lagi,” jawab Fia dengan suara yang hampir hilang.
“Gue anterin lo ke rumah sakit ya Fi?”, tawar Putri dengan cemas.
“Nggak usah Put. Lo ikut kuis aja. Di sini kan ada Bibi,” jawab Fia yang hampir pinsan.
“Ya udah deh. Jaga kesehatan lo aja ya jangan sampai ngedrop. Gue masuk kelas dulu ya,” jawab Putri cemas.
“Iya Put.”
Pulang kuliah Putri terburu-buru menuju rumah Fia. Dengan hati yang cemas Putri berharap keadaan Fia lebih membaik dari sebelumnya.
“Fi, Fia…!!!,” teriak Putri mengetuk pintu.
“Non cari siapa?”, tanya Bibi.
“Aku cari Fia Bi, ada?”.
“Maaf non, non Fianya dilarikan ke Rumah Sakit Mutiara Hati tadi pagi oleh keluarganya.”
“Memang parah ya Bi?, di rawat di kamar apa?” tanya Putri.
“Iya non, non Fia tadi pingsan dan sekarang di rawat di kamar Melati.”
“Terima kasih ya Bi,” jawab Putri terburu-buru menuju Rumah Sakit.
Setibanya di Rumah Sakit, Putri langsung menuju kamar Melati, tempat sahabatnya di rawat.
“Fia…!!!”
“Put, lo kok tau kalau gue di sini?” tanya Fia dengan suara lemah.
“Gue tadi ke rumah lo. Terus Bibi yang kasih tau kalau lo di sini. Jadi gue ke sini Fi,” jawab Putri sedikit lega.
“Thank’s ya Put, lo dah dateng nemenin gue di sini.”
“Lo kan sahabat gue Fi. Lo gak papa kan? Lo sakit apa sih?” tanya Putri.
“Gue udah baikan kok Put, lo nggak usah khawatirin gue kayak gitu. Gue hanya sakit asma Put.”
“Lo bilang sakit asma? Kok sampai kayak gini? Bilang sama gue yang sebenernya Fi?”
“Fia mengalami serangan jantung. Dokter bilang umur Fia nggak lama lagi. Kita di sini hanya bisa berdo’a,” jawab Mama Fia meneteskan air mata.
Sekejab air mata mengalir dari wajah manis Putri.
“Lo kenapa sih Fi nggak dengerin omongan gue?”
“Gue nggak papa Put. Lo jangan khawatir gitu. Put, lo mau enggak nyanyiin lagu persahabatan kita, gue pengen denger untuk yang terakhir.”
“Iya, tapi lo jangan bilang ini lagu terakhir yang lo denger,” jawab Putri.
Kebersamaan janganlah pernah usai
Sedih atau senang
Say hello don’t say good bye
Percaya padaku semua akan berlalu
Genggam tanganku
Hapuslah air matamu…
Putri menyanyikan lagu persahabatanya untuk Fia dengan meneteskan air mata. Perlahan Fia menutup kedua matanya.
“Fi, lo enggak papa kan?”, tanya Putri.
“Nggak, jangan berhenti menyanyikan lagu itu Put,” kata Fia dengan tersenyum.
Berhentilah manyun
Mukamu jadi culun
Mandi atau belum
Berikan aku senyum
(ost. SM*SH-Selalu Bersama)
Lagu yang di nyanyikan Putri dengan suara merdunya sudah usai di nyanyikanya.
“Fi…!!!”
“Sayang…,” Mama Fia panik memanggil dokter.
“Fi, lo harus sadar Fi, lo jangan pergi tinggalin gue Fi. Gue nggak mau kehilangan sahabat seperti lo Fi?” kata Putri juga panik.

Dokter datang untuk memeriksa Fia. Tak lama lagi dokter menemui keluarga yang menunggu di depan ruang ICU.
“Maaf sekali, Fia sudah tidak bisa tertolong lagi. Kita di sini hanya bisa mendo’akan agar Fia di terima di sisi-NYA.”
“Fia……!!!!” teriak Putri.
Putri menyaksikan tubuh sahabatnya yang terbujur dingin. Sejak sahabatnya meninggalkanya, Putri hanya bisa mengenang lagu itu sepanjang hari. Dan tak lama setelah kematian Fia, Putri mendapat kabar bahwa Raffi kekasih Fia di Samarinda tidaklah pindah kuliah melainkan membaringkan tubuh tak bernyawanya di sana. Putri hanya menelan kesedihanya karena ditinggalkan oleh dua sahabatnya itu.

Mengenai Saya

banyuwangi, jawa timur, Indonesia
nama saya intan, saya siswi kelas 8 di smpn 1 banyuwangi. cita2 saya adalah pengarang buku atau novelis. hobby saya membaca cerita.maka dari itu saya akan memberikan berbagai cerita yg dapat saya buat

.,,

SEMOGA BERMANFAAT JANGAN LUPA COMENT SAMPAI SINI AJA YEACH

Mau buat buku tamu ini ?
Klik di sini

,,

lucu ya?

!

:-)

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme